dari kanan : H. MURSIL (Bupati Aceh Tamiang), Rikto (Earthworm Foundation/TFT), Rianto Waris (Kepala Bappeda) dan Ahmad Yudana (Perwakilan Buyer)

ACEH TAMINAG|Jumat(28/06/19) Sejak tahun 2010, berbagai organisasi non-pemerintah (LSM/Lembaga Swadaya Masyarakat) telah melakukan kampanye terkait produk minyak sawit di seluruh dunia. Mereka mengklaim bahwa produksi minyak sawit telah menyebabkan masalah lingkungan, sosial, dan ekonomi yang signifikan baik ditingkat lokal maupun global. LSM-LSM ini telah mendesak banyak merek barang (brands) konsumen besar yang menggunakan minyak sawit dalam produk mereka untuk berkomitmen mengambil tindakan untuk mengurangi dampak negatif, baik itu kehilangan hutan tropis, perusakan lahan gambut, atau praktik perburuhan yang tidak adil dan kerugian bagi masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan pergeseran global menuju peningkatan kesadaran dan minat pada produk minyak sawit yang bersumber secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Sejalan dengan trend global dan juga dalam rangka mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan (Sustainable development) yang sesuai dengan Visi Misi Daerah serta upaya untuk mendukung prakarsa inisiatif pengelolaan bentang alam (landscape) dan Pembangunan Hijau di Aceh Tamiang, khususnya pada aspek perlindungan terhadap areal bernilai konservasi tinggi, areal berhutan dan keanekaragaman hayati (No Deforestation). Pemerintah Daerah Aceh Tamiang bekerjasama dengan Earthworm Foundation (EF) dulunya dikenal dengan nama The Forest Trust (TFT) akan mengadakan “WORKSHOP SUSTAINABILITY (II), PENTINGNYA PENGELOLAAN AREAL BERNILAI KONSERVASI DAN BER- STOK KARBON TINGGI DI AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ” untuk Para Perusahaan Perkebuanan Kelapa sawit di Aceh Tamiang. Workshop ini merupakan tindak lanjut dari Workshop sebelumnya yaitu “Workshop Sustainability dan Tools for Transformation-Self Assessment (T4T-SA)”. Selain itu, Workshop ini juga dalam upaya mendukung pemenuhan perusahaan terhadap ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Bappeda Aceh Tamiang Rabu-Kamis 26-27 Juni 2019 dari mulai 09:00 WIB s/d selesai. Peserta workshop adalah seluruh perusahaan kelapa sawit di Aceh Tamiang, dengan total sekitar 43 perusahaan kelapa sawit, yang masing-masing akan diwakili oleh satu personel teknis (staf Sustainability/HSE/ISPO/lingkungan/HCV) yang mengetahui informasi, data, dan bertanggung jawab terhadap penerapan praktek-praktek berkelanjutan (Khususnya pada aspek pengelolaan lingkungan).

Acara yang secara resmi dibuka oleh Bupati Aceh Tamiang (H. MURSIL) selain dihadiri perusahaan-perusahaan kelapa sawit se-Aceh Tamiang juga dihadiri oleh Perwakilan Buyer CPO, NGO lokal serta Dinas Pemerintah terkait yaitu BKSDA Wilayah I Aceh, DLHK-KPH Wilayah III Aceh, BAPPEDA, DLHK dan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.

"..saat ini harga sawit turun drastis, khususnya di Aceh Tamiang. Hal ini dikarenakan karena perang dagang dan kampanye negatif terhadap sawit kita. Maka diharapkan dengan workshop seperti ini dapat membantu praktek yang berkelanjutan di perusahaan kelapa sawit dan dapat meningkatkan daya jual (harga) sawit kita..",tegas Bupati Aceh Tamiang

Rikto, APT-Landscape Programme, Project Coordinator menyatakan acara ini adalah upaya bersama multi stakehoker untuk mengelola areal yg memiliki nilai konservasi tinggi (HCV Area) dan ber-karbon stok tinggi (HCS Area) dalam upaya mengurangi laju deforestasi di dalam ataupun di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)

 WORKSHOP SUSTAINABILITY (II)

TOR Kegiatan dapat di Download disini

 

https://www.kmutt.ac.th/asd/legal/file/slot-online-gacor/ https://enteronline.id/dace/